Budaya Nias
Transfer keluarga ke Bawomataloewo lokal, Nias Selatan
sumber: http://collectie.tropenmuseum.nl/
Secara umum masyarakat Nias dianggap berasal dari sekelompok keturunan
suku birma dan assam, tapi berbeda dengan asal usul orang batak. Ada
banyak teori tentang asal usul suku nias dan belum ada yang dapat
memastikan karna mereka aslinya berasal dari lebih dari satu grup etnik.
Perpaduan itu akan menjadi sangat bagus karena gabungan dari beberapa grup etnik. Ferrad
(keturunan perancis) melaporkan bahwa seorang pelancong dari Arab yang
bernama sulaiman menyebutkan banyak perbedaan suku-suku di tahun 851 SM.
Penggalian di gua Togi Ndrawa (menurut
penelitian yang baru dilakukan di Heilberg, Jerman), atau gua Pelita
menunjukkan bahwa masyarakat sudah tinggal disana sejak 7000 tahun yang
lalu. Banyak tulisan yang juga mendukung teori tersebut. Contohnya : banyak masyarakat tinggal di pohon-pohon yang dipanggil Bela dan masyarakat tinggal ditebing yang dipanggil Nadaoya, menurut kepercayaan masyarakat Nias 2 suku diatas tersebut adalah sejenis roh-roh, roh terakhir yang jahat.
Di daerah Hinako dan dipulau-pulau Wesi selatan telah ada selama 17-18
generasi yang lalu. Mereka disebut suku Maru yaitu suku asli orang bugis
di nias. Para missionaris menyatakan bahwa bahasa mereka telah hilang
kira-kira 100 tahun yang lalu. Orang aceh datang ke nias kira-kira 13-14
generasi yang lalu.
Mereka selalu berhubungan satu sama lain sebagai polem di nias. Ketika
orang aceh pertama kali masuk ke desa Foa dengan menyebrangi sungai,
masyarakat nias memotong pohon besar dan menutup jalan keluar. Salah satu tujuan masyarakat nias adalah untuk mempelajari tenaga-tenaga gaib dan cara berperang dari orang aceh.
Orang aceh menguasai daerah itu. Ada 3 bentuk cara berperang di nias,
yaitu : simataha dari aceh, starla dari sumbar, dan trapedo yang
merupakan gabungan dari keduanya.
Bangsa Belanda melakukan ekspedisi pertama kalinya di nias tahun 1855,
kemudian pada tahun 1863. nias telah dikuasai Belanda tahun 1914.
Pulau paling terkenal rentang sebelah barat Sumatera mungkin Nias. Itu setidaknya yang terbesar dan paling padat penduduknya. Pada
masa VOC, pulau ini dikenal sebagai pengekspor budak ke Aceh, Padang
dan Benkoelen. Dengan cara ini bangsawan dari Nias hierarkis meraih emas
dibutuhkan untuk mahar dan pesta-pesta ritual. Nias adalah masyarakat
pejuang yang tidak hanya diperbudak orang, mereka juga pergi berburu
kepala, misalnya untuk upacara pemakaman seorang bangsawan. Pemerintah
kolonial berusaha untuk mengakhiri ini (P. Boomgaard, 2001).
Sekelompok pemburu kepala tenang, Nias "kelompok pemburu datang untuk
menyerahkan diri mereka sendiri" Nias, Sumatera Utara, 1920
sumber: http://collectie.tropenmuseum.nl/
Perdagangan Budak
Nias menjadi sumber penjualan budak-budak, sehingga masyarakat Nias disebut “Laku Niha”
yang artinya manusia yang diminta. Banyak para pedagang ke Gunungsitoli
yang terdiri dari 3 suku asli yang berasal dari masyarakat menengah.
Orang Aceh, Sumbar, China dan Eropa membawa budak-budak dari Nias.
Didaerah lain banyak budak-budak yang diambil dari suatu daerah,
khususnya dibagian utara. Desa-desa di selatan lebih melindungi
masyarakatnya dan lebih susah untuk dijangkau. Pemerintah kolonial
Belanda mendukung perdagangan budak itu.
Pemerintah Belanda menuliskan disebuah buku
bahwa penduduk Nias utara telah menjadi sedikit akibat dari perdagangan
budak. Budak-budak dari Nias dikirim ke banyak tempat, contohnya mereka
dijual ke padang (sumbar) karena untuk melunasi hutang-hutang. Mereka
harus bekerja keras untuk beberapa tahun, yang biasanya sebagai pelayan
sekarang, ada dibeberapa desa yang masyarakatnya berasal dari Nias di
Sumbar. Budak-budak Nias juga dikirim ke Penang, Malaysia. Para
Missionaris Khatolik yang tiba di Nias melaporkan bahwa orang-orang
China membawa budak-budak Nias dengan kapal pada tahun 1820. budak-budak
ini menjadi kristen karena diberi kebebasan di Penang. Lyman, seorang
missionaris dari Amerika menyatakan bahwa sebuah kapal Perancis membawa
sebanyak 500 orang budak-budak di tahun 1832.
sumber: http://www.lpamnias.org/sejarah.php
Suku Nias
1954
Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam
bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono =
anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö
= tanah).
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan
kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö
yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai
kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan
oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih
ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.
Kasta
Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu".
Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta
besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak
babi selama berhari-hari.
Asal Usul
Mitologi
Menurut masyarakat Nias, salah satu mitos asal usul suku Nias berasal
dari sebuah pohon kehidupan yang disebut "Sigaru Tora`a" yang terletak
di sebuah tempat yang bernama "Tetehöli Ana'a". Menurut mitos tersebut
di atas mengatakan kedatangan manusia pertama ke Pulau Nias dimulai pada
zaman Raja Sirao yang memiliki 9 orang Putra yang disuruh keluar dari
Tetehöli Ana'a karena memperebutkan Takhta Sirao. Ke 9 Putra itulah yang
dianggap menjadi orang-orang pertama yang menginjakkan kaki di Pulau
Nias.
Penelitian Arkeologi
Penelitian Arkeologi telah dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999 dan
hasilnya ada yang dimuat di Tempointeraktif, Sabtu 25 November 2006 dan
di Kompas, Rabu 4 Oktober 2006 Rubrik Humaniora menemukan bahwa sudah
ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam yang bermigrasi dari
daratan Asia ke Pulau Nias pada masa paleolitik, bahkan ada indikasi
sejak 30.000 tahun lampau kata Prof. Harry Truman Simanjuntak
dari Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada masa itu
hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau
Nias, sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan
Asia di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam.
Marga Nias
Daftar marga Nias
Amazihönö
Baeha, Baene, Bate'e, Bawamenewi, Bawaniwao, Bawo, Bali, Bohalima, Bu'ulölö, Buaya, Bunawolo, Bulu'aro, Bago
Dachi, Dachi Halawa, Daeli, Dawolo, Dohare, Dohona, Duha
Fau, Farasi,
Gaho, Garamba, Gea, Giawa, Gowasa, Gulö, Ganumba, Gaurifa, Gohae
Halawa, Harefa, Haria, Harita, Hia, Hondro, Hulu, Humendru, Hura
Lafau, Lahagu, Lahomi, La'ia, Laoli, Laowö, Larosa, Lase, Lawolo, Lo'i, Lombu
Maduwu, Manao, Mandrehe, Maruao, Maruhawa, Marulafau, Marundruri, Mendröfa, Mangaraja,Maruabaya
Nazara, Ndraha, Ndruru, Nehe, Nakhe
Saoiago, Sarumaha, Sihura,
Tafonao, Telaumbanua, Talunohi
Wau, Wakho, Waoma, Waruwu,wehalo,warasi
Zagoto, Zai, Zalukhu, Zamasi, Zamili, Zendroto, Zebua, Zega, Zendratö, Ziliwu, Zoromi
Suku Nias menerapkan sistem marga mengikuti garis ayah (patrilineal).
Marga-marga umumnya berasal dari kampung-kampung pemukiman yang ada.
Sumber :
http://batiknias.blogspot.com
bagus sekali talifuso, jangan biarkan sejarah kita hanya akan terlupakan begitu saja
AntwoordVee uityahowu
Prof. Harry Truman Simanjuntak dari Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada masa itu hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal usul Suku Nias berasal dari daratan Asia di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam. (jangan sok tau klw belum tau budaya nias)
AntwoordVee uit